TUz6TSz5TUApTUdlTfY0BUAiGY==

Gus Baha Terkesan Sombong? Ini Dasar Dalilnya

 

Siapa yang tak kenal dengan Gus Baha, seorang kiyai yang berpenampilan dengan sangat sederhana dengan ciri khasnya yang memakai kemeja putih berkopyah hitam dengan rambut depannya yang sedikit terlihat.

H. Bahaudin Nur Salim atau akrab disapa Gus Baha merupakan salah satu kyai Nahdlatul ‘Ulama yang terkenal sangat alim dan memiliki banyak sekali muhibbin yang tersebar di Indonesia bahkan mancanegara. Selain punya keilmuan yang tinggi, gaya ceramah Gus Baha juga dianggap cukup menarik dan mudah dicerna oleh orang awam.

Diberbagai pengajiannya, seringkali beliau bersoloroh dengan memuji-muji dirinya sendiri dan mempublikasikan kelebihan-kelebihan dari dirinya, seperti kata-kata :
"Aku iku ulama," (Saya adalah seorang ulama’). 
"Sakjane maqomku iku wes duwur, tapi berhubung aku dipasrahi santri koyo sampean, aku mudun maneh menggoblokkan diri" (Sebenarnya derajatku sudah tinggi, tetapi karena aku diamanahi santri seperti kalian, maka aku menurunkan derajatku dengan membodohkan diri untuk mengimbangi kalian).
"Aku iku apal Qur'an dan ribuan hadis, kok mbok saingi Arba'in, kalau ngajak debat iku mbok ya seimbang!" (Saya ini hafal Al-Qur’an dan ribuan hadis, tapi kok mau dihadapkan dengan kitab arba’in, kalau mengajak debat saya ya seharusnya seimbang)
dan masih banyak lagi.
Orang yang baru kenal dan pertama mengikuti kajiannya Gus Baha pasti akan timbul kesan, betapa sombongnya kyai ini. Namun, bagi para muhibbinnya tentu lebih memilih untuk berhusnudzon dengan beliau dan merasa dirinya tidak berhak menilai kyai yang memiliki samudra ilmu ini. Terlebih lagi, pastilah para muhibbinnya ini tahu akan karakter dan sifat Gus Baha yang sangat rendah hati.

Menurut penulis, beliau melontarkan kata-kata demikian itu pastilah memiliki dasar dan argumen yang jelas, tentunya dari Al-Qur’an, Hadis, maupun dari kitab-kitab kuning. Kalau kita melihat kitab-kitab klasik, ulama pada zaman dulu juga ada yang berperilaku demikian, maka jangan heran kalau ada orang alim yang suka memuji dirinya bahkan terkesan membanggakan diri sendiri seperti Gus Baha’. Salah satunya adalah Syaikh Abdul Wahhab As-Sya’roni dalam kitabnya Tanbiih al-Mughtariin.
 

 
فلذلك صرحت بكثير من الأخلاق التي من الله تعالى بها على دون أقراني بقولى : وهذا خلق غريب لم أجد من تخلق به في هذا الزمان غيرى تنبيها للسامعين على تخلقى به، وأننى ما دعوتهم إلى التخلق به إلا بعد تخلقى به، ولولا ذلك لكان الأولى بنا كتم ذلك عن الإخوان كبقية أعمالنا التي لم نر من يطلب الاقتداء بنا فيها، إذ لا فائدة في إظهار الأعمال إلا لأحد شيئين : إما ليقتدى الناس بالعبد فيها، وإما ليظهرها من باب الشكر الله تعالى، لا غير 

Artinya: Oleh karena itu, saya memperjelas banyak akhlak yang dianugerahkan Allah SWT kepada saya yang tidak didapati ada pada teman-teman saya, dengan mengatakan: Ini adalah akhlak yang luar biasa, dan saya tidak menemukan siapa pun yang berakhlak seperti itu saat ini kecuali saya, sebagai peringatan kepada para pendengar atas diberikannya akhlak ini, dan sesungguhnya saya tidak mengajak mereka untuk berakhlak seperti itu sampai saya sudah berkahlak demikian, dan jika (tujuannya) bukan karena itu (peringatan), maka lebih baik kami merahasiakannya dari teman-teman saya. Sebagaimana perbuatan-perbuatan kami yang lain, yang belum pernah kami lihat ada orang yang ingin meneladani kami, karena hal tersebut tidak ada manfaatnya memperlihatkan amal kecuali pada salah satu dari dua hal berikut: agar seseorang meneladani/meniru amal perbuatan hamba yang lain, dan agar memperlihatkan amalnya mereka sebagai rasa syukur kepada Allah SWT, dan tidak ada yang lain.


Dalam ta’bir tersebut, Syaikh Abdul Wahhab As-Sya’roni menyebutkan alasan dirinya mengatakan hal yang terkesan memuji diri sendiri tersebut, yakni sebagai peringatan bagi pendengar untuk berakhlak seperti demikian, bahkan beliau menguatkan lagi bahwa jikalau tujuannya bukan sebagai peringatan bagi pendengar, maka lebih baik beliau merahasiakannya/ tidak mengumumkannya.

Komentar0

Type above and press Enter to search.